IBLIS LEBIH TAKUT KEPADA ORANG YANG BERILMU DIBANDINGKAN AHLI IBADAH !
Iblis memiliki ilmu (yang Allah ilhamkan) untuk
dapat menyesatkan manusia. Lalu bagaimana kita bisa melawan iblis & bala
tentaranya sehingga tidak terjerumus kepada tipu daya mereka, jika tidak mau menuntut ilmu?
Ada juga yang bilang, "Kan klo orang berilmu tapi tidak diamalkan (tetap melakukan dosa) siksanya lebih berat, jadi lebih baik biar saja tidak tahu sekalian."
Ada juga yang bilang, "Kan klo orang berilmu tapi tidak diamalkan (tetap melakukan dosa) siksanya lebih berat, jadi lebih baik biar saja tidak tahu sekalian."
Dengan sikap seperti itu secara tidak sadar kita
meremehkan ilmu yang merupakan pentunjuk Allah 'azza wa jalla & menjadikan
iblis laknatullah sebagai pemimpin/ menunjuki jalan hidup kita. Na'udzubillahi mindzalik !
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada
para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali
Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan
turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah
musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi
orang-orang yang zalim." [TQS. al-Kahfi: 50]
Semoga kita semakin bersemangat menuntut ilmu
& diberi taufiq (petunjuk) oleh Allah ta'ala kepada ilmu & pemahaman
yang benar. Hanya Allah 'azza wa jalla yang Maha Memiliki Ilmu (Al-'Aliim) &
Maha Pemberi Petunjuk (Al-Haadii).
IBLIS LEBIH TAKUT KEPADA ORANG YANG BERILMU
DIBANDINGKAN AHLI IBADAH
Diriwayatkan bahwa seseorang ahli ibadah dari
kalangan Bani Israil beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala di biaranya
yang terletak di atas gunung. Pada suatu hari sebagaimana bisa dia keluar dari
tempat ibadahnya untuk berkeliling merenungkan kekuasaan Allah subhanahu wa
ta’ala di sekitar tempat ibadahnya. Di sela-sela dia berkeliling ini, dia
melihat di jalan sesosok manusia yang menebarkan bau tidak sedap darinya. Ahli
ibadah itu berpaling menuju ke tempat lain, sehingga dia terlindungi dari
tercium bau ini. Ketika itu setan
menampakkan diri dalam bentuk seorang laki-laki shalih yang memberi nasihat.
Setan berkata kepadanya, “Sungguh amal-amal kebaikanmu
telah menguap (sirna), dan persediaan amal kebaikanmu tidak dihitung di sisi
Allah subhanahu wata’ala.” Lantas si
ahli ibadah bertanya, “Mengapa?” Dia menjawab, “Karena engkau enggan mencium
bau anak cucu Adam semisal kamu.” Ketika
wajah si ahli ibadah terlihat sedih, setan pun pura-pura merasa kasihan dan
memberinya nasihat, “Jika engkau ingin agar Allah
subhanahu wa ta’ala mengampuni kesalahanmu, saya akan memberi nasihat kepadamu
agar engkau mencari tikus gunung, lalu engkau gantungkan tikus itu di lehermu
seraya beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala sepanjang hidupmu."
Si ahli ibadah yang bodoh ini pun melaksanakan
nasihat setan yang sengaja mencari kesempatan ini. Selanjutnya, si ahli ibadah
memburu tikus gunung. Dia pun terus-menerus beribadah dengan membawa najis dari
enam puluh tahun sampai dia meninggal dunia (semua ibadahnya pun tidak sah).
Diriwayatkan dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
radhiyallahu‘anhu bahwa pada suatu hari beliau sedang berjalan di tempat lapang,
tiba-tiba muncul cahaya terang di ufuk, kemudian dia mendengar suara memanggil, “Wahai Abdul Qadir saya adalah Rabbmu. Sungguh, telah aku
halalkan untukmu semua hal-hal yang haram.” Lantas Abdul Qadir berkata, “Enyahlah kau, wahai makhuk terkutuk!”
Seketika itu, cahaya tersebut berubah menjadi gelap. Tiba-tiba muncul suara mengatakan, “Wahai Abdul Qadir! Sungguh, engkau telah selamat dariku lantaran pengetahuanmu tentang Rabbmu dan ilmu fikihmu. Sesungguhnya aku telah menyesatkan tujuh puluh orang dari kalangan ahli ibadah senior dengan cara seperti ini. Seandainya tidak karena ilmu, pastilah aku dapat menyesatkanmu seperti mereka.”
Seketika itu, cahaya tersebut berubah menjadi gelap. Tiba-tiba muncul suara mengatakan, “Wahai Abdul Qadir! Sungguh, engkau telah selamat dariku lantaran pengetahuanmu tentang Rabbmu dan ilmu fikihmu. Sesungguhnya aku telah menyesatkan tujuh puluh orang dari kalangan ahli ibadah senior dengan cara seperti ini. Seandainya tidak karena ilmu, pastilah aku dapat menyesatkanmu seperti mereka.”
Diriwayatkan bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam pada
suatu hari berdiam di atas gunung. Lantas Iblis mendatanginya dan berkata
kepadanya, “Bukankah engkau mengatakan
bahwa manusia yang telah dikehendaki mati oleh Allah subhanahu wa ta’ala,
pastilah dia mati?” Nabi Isa ‘alaihissalam menjawab, “Iya.” Iblis bertanya lagi, “Kalau tidak?” Dia menjawab, “Tidak akan mati.” Ketika itu Iblis laknat Allah atasnya berkata kepada
Nabi Isa ‘alaihissalam,“Kalau demikian, lemparkanlah dirimu dari atas gunung.
Apabila Allah subhanahu wa ta’ala menghendaki engkau mati, maka engkau akan
mati. Dan jika Dia tidak menghendaki, maka engkau tidaka kan mati.” Lantas Nabi Isa berkata kepadanya, “Enyahlah kau, wahai makhluk terkutuk!Sesungguhnya
Allah-lah yang menguji hamba-Nya. Sedangkan hamba-Nya tidak berhak menguji-Nya.”
Diriwayatkan bahwa Imam Syafi’i rahimahullah pada
suatu hari sedang duduk di majelis pengajiannya. Tiba-tiba Iblis (laknat Allah
untuknya) ikut duduk di antara murid-murid Imam Syafi’i rahimahullah dalam rupa
seorang laki-laki seperti mereka, kemudian dia mengajukan pertanyaan sebagai
berikut, “Bagaimana pendapatmu mengenai
Dzat yang menciptakanku sesuai kehendak-Nya dan Dia menjadikanku sebagai hamba
sesuai kehendak-Nya. Setelah itu, jika Dia berkehendak, Dia memasukanku ke
dalam surga. Jika Dia berkehendak, Dia memasukanku ke dalam neraka. Apakah Dia
berbuat adil atau berbuat zhalim dalam hal tersebut?” Berkat cahaya dari Allah subhanahu
wa ta’ala, Imam Syafi’i dapat mengenali Iblis, lantas beliau menjawabnya dengan
mengatakan, “Hai kamu! Jika Dia menciptakanmu sesuai apa
yang engkau kehendaki, maka Dia berbuat zhalim kepadamu. Jika Dia menciptakanmu
sesuai apa yang Dia kehendaki, maka Allah subhanahu wa ta’ala tidak ditanya
tentang apa yang dikerjakan-Nya.”
Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki dari kalangan
Bani Israil berpuasa selama tujuh puluh tahun. Setiap tahunnya hanya tujuh hari
dia tidak berpuasa. Lantas dia memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar
diperlihatkan bagaimana setan menggoda manusia. Ketika sampai waktu yang cukup
lama dia masih saja tidak melihat hal tersebut, maka dia berkata, “Seandainya saya meneliti kesalahan-kesalahanku dan
dosa-dosaku kepada Rabbku niscaya lebih baik dari apa yang saya mohon ini.” Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala
mengutus malaikat kepadanya, lalu malaikat berkata, “Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala mengutusku. Dia
berkata kepadamu, ‘Sesungguhnya perkataan yang baru saja engkau ucapkan lebih
Kucintai dari pada ibadahmu yang telah lalu. Sungguh, Allah subhanahu wa ta’ala
telah membuka tabir matamu, maka lihatlah!’.” Lalu dia pun dapat melihat. Ternyata bala tentara
Iblis mengelilingi bumi. Dengan demikian, tidak ada seorang pun melainkan
dikerubuti setan sebagaimana lalat mengerubuti bangkai. Lantas dia berkata, “Wahai Rabbku! Siapakah yang dapat selamat dari hal ini?”
Rabb menjawab, “Orang yang mempunyai wara'
(kehati-hatian) dan lemah lembut.”
Ia berkata, “Barangsiapa menyesatkan
seorang muslim, maka saya akan memakaikan mahkota kepadanya.”
Lalu salah satu dari bala tentara setan berkata kepadanya, “Saya terus-menerus menggoda si fulan sehingga dia
menceraikan istrinya.”
Iblis berkata, “Ia hampir menikah.”
Bala tentara lain lapor, “Saya terus-menerus menggoda
si fulan sehingga dia durhaka kepada orang tuanya.”
Iblis berkata, “Dia hampir berbakti kepada kedua orang tuanya.”
Iblis berkata, “Dia hampir berbakti kepada kedua orang tuanya.”
Bala tentara lain lagi berkata, “Saya terus menerus menggoda
si fulan sehingga dia berbuat zina.”
Iblis berkata, “Bagus kamu.”
Iblis berkata, “Bagus kamu.”
Bala tentara lain lagi berkata, “Saya terus menerus menggoda
si fulan sehingga dia minum arak.”
Iblis berkata, “Bagus kamu.”
Iblis berkata, “Bagus kamu.”
Bala tentara lain lagi berkata, “Saya terus-menerus menggoda
si fulan sehingga dia membunuh.”
Iblis menjawab, “Bagus, kamu, kamu.”
Iblis menjawab, “Bagus, kamu, kamu.”
Dikatakan bahwa setan berkata kepada seorang
perempuan, “Kamu adalah separuh dari bala
tentaraku. Kamu adalah anak panah yang saya lemparkan yang tidak akan pernah
meleset. Kamu adalah tempat rahasiaku. Kamu adalah utusanku untuk memenuhi kebutuhanku.”
Al-Hasan menceritakan bahwa ada sebuah pohon yang
disembah selain Allah subhanahu wa ta’ala, lalu seorang laki-laki mendatangi
pohon tersebut seraya berkata, “Sungguh, saya akan menebang
pohon ini.”
Dia datang untuk menebagn pohon ini dengan penuh amarah murni karena Allah subhanahu wa ta’ala. Lantas Iblis menemuinya dalam bentuk manusia, lalu dia berkata, “Apa yang engkau inginkan?” Lelaki tersebut menjawab, “Saya ingin menebang pohon yang disembah selain Allah subhanahu wa ta’ala.”
Iblis berkata, “Jika engkau tidak menyembah pohon ini, maka apakah orang yang menyembahnya mengganggumu?” Dia menjawab, “Sungguh, saya akan menebangnya.” Lalu setan berkata kepadanya, “Apakah kamu mau sesuatu yang lebih baik buatmu, yaitu kamu tidak menebangnya dan setiap hari kamu mau sesuatu yang lebih baik buatmu, yaitu kamu tidak menebangnya dan setiap hari kamu mendapati dua dinar di bantalmu di pagi hari.” Dia bertanya, “Dari siapa dua dinar tersebut?” Setan menjawab, _“Dariku untukmu.” Selanjutnya dia pulang. Dia pun menemukan dua dinar di bantalnya. Setelah itu, keesokan harinya dia tidak menemukan apa-apa di bantalnya, lalu dia bangkit dengan penuh emosi hendak menebang pohon. Lantas setan menjelma dalam bentuk manusia berkata, _“Apa yang engkau inginkan?” Dia menjawab, “Saya ingin menebang pohon yang disembah selain Allah subhanahu wa ta’ala.” Setan berkata, “Kamu bohong. Kamu tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya.” Dia masih tetap pergi untuk menebang pohon, lalu setan membantingnya ke tanah dan mencekiknya sampai hampir mati. Lalu setan berkata, "Sebelumnya kamu datang dengan penuh emosi murni karena Allah subhanahu wa ta’ala, maka saya tidak mempunyai kemampuan untuk mengalahkanmu, maka saya menipu kamu dengan dua dinar, lalu aku tidak memberikan lagi. Ketika engkau datang dengan penuh emosi karena dua dinar, maka saya dapat menguasai kamu.”
Dia datang untuk menebagn pohon ini dengan penuh amarah murni karena Allah subhanahu wa ta’ala. Lantas Iblis menemuinya dalam bentuk manusia, lalu dia berkata, “Apa yang engkau inginkan?” Lelaki tersebut menjawab, “Saya ingin menebang pohon yang disembah selain Allah subhanahu wa ta’ala.”
Iblis berkata, “Jika engkau tidak menyembah pohon ini, maka apakah orang yang menyembahnya mengganggumu?” Dia menjawab, “Sungguh, saya akan menebangnya.” Lalu setan berkata kepadanya, “Apakah kamu mau sesuatu yang lebih baik buatmu, yaitu kamu tidak menebangnya dan setiap hari kamu mau sesuatu yang lebih baik buatmu, yaitu kamu tidak menebangnya dan setiap hari kamu mendapati dua dinar di bantalmu di pagi hari.” Dia bertanya, “Dari siapa dua dinar tersebut?” Setan menjawab, _“Dariku untukmu.” Selanjutnya dia pulang. Dia pun menemukan dua dinar di bantalnya. Setelah itu, keesokan harinya dia tidak menemukan apa-apa di bantalnya, lalu dia bangkit dengan penuh emosi hendak menebang pohon. Lantas setan menjelma dalam bentuk manusia berkata, _“Apa yang engkau inginkan?” Dia menjawab, “Saya ingin menebang pohon yang disembah selain Allah subhanahu wa ta’ala.” Setan berkata, “Kamu bohong. Kamu tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya.” Dia masih tetap pergi untuk menebang pohon, lalu setan membantingnya ke tanah dan mencekiknya sampai hampir mati. Lalu setan berkata, "Sebelumnya kamu datang dengan penuh emosi murni karena Allah subhanahu wa ta’ala, maka saya tidak mempunyai kemampuan untuk mengalahkanmu, maka saya menipu kamu dengan dua dinar, lalu aku tidak memberikan lagi. Ketika engkau datang dengan penuh emosi karena dua dinar, maka saya dapat menguasai kamu.”
Diceritakan bahwa Iblis (laknat Allah atasnya)
pernah muncul di hadapan Fir’aun dalam bentuk seorang laki-laki ketika Fir’aun
sedang di kamar mandi. Namun, Fir’aun tidak mengenalinya. Lantas Iblis berkata
kepadanya, “Celaka kamu! Kamu tidak
mengenaliku? Padahal engkaulah yang menciptakanku? Bukankah engkau adalah orang
yang berkata, ‘Saya adalah Rabb kalian yang Maha Luhur?”
Iblis pernah muncul di hadapan Nabi Sulaiman
‘alaihissalam. Lalu Nabi Sulaiman 'alaihissalam berkata kepadanya, _“Perbuatan
apakah yang paling kamu sukai dan paling dibenci oleh Allah subhanahu wa ta’ala? Iblis menjawab, "Pastilah saya tidak akan menyampaikan kepadamu bahwa
saya tidak tahu apa ada sesuatu yang lebih saya sukai dari pada homoseks antara
laki-laki dengan laki-laki lain dan lesbian antara perempuan dengan perempuan
lain."
Ada seseorang yang melaknat Iblis setiap hari
seribu kali. Pada suatu hari ketika dia sedang tidur, dia didatangi seseorang
yang membangunkannya. Dia berkata kepadanya, “Bangunlah, dinding ini akan
roboh menimpamu.”
Lalu orang tersebut berkata kepadanya, “Siapakah Anda? Kenapa Anda merasa kasihan kepada saya seperti ini?” Ia menjawab, “Saya adalah Iblis.” Dia berkata kepada Iblis, “Bagaimana bisa seperti ini padahal saya melaknatmu setiap hari seribu kali?” Iblis berkata, “Hal ini lantaran saya tahu kedudukan orang-orang yang mati syahid. Makanya, saya khawatir kamu termasuk di antara mereka sehingga engkau memperoleh kedudukan seperti mereka.”
Lalu orang tersebut berkata kepadanya, “Siapakah Anda? Kenapa Anda merasa kasihan kepada saya seperti ini?” Ia menjawab, “Saya adalah Iblis.” Dia berkata kepada Iblis, “Bagaimana bisa seperti ini padahal saya melaknatmu setiap hari seribu kali?” Iblis berkata, “Hal ini lantaran saya tahu kedudukan orang-orang yang mati syahid. Makanya, saya khawatir kamu termasuk di antara mereka sehingga engkau memperoleh kedudukan seperti mereka.”
Catatan: orang yang terkena reruntuhan dinding atau mati
tergencet di bawah bangunan, maka dia dianggap mati syahid berdasarkan sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Orang-orang yang mati syahid ada lima,
yaitu orang-orang yang terkena penyakit pes, orang yang sakit perut, orang yang
tenggelam, orang yang tertimpa reruntuhan, dan orang yang mati syahid di jalan
Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
0 komentar | add one
Posting Komentar
.................................................................................